Sunday, June 15, 2014

MAKALAH PENGANGGURAN


MAKALAH
“PENGANGGURAN”



Disusun oleh :
Nama          : Monika Desy S
NIM : K7413106
Kelas : D    


PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
KATA PEGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah dengan tema “Permasalahan Makro” yang berjudul “ Pengangguran” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Ekonomi yang diajarkan oleh Ibu Mintiasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Surakarta, 9 Juni 2014

Penulis










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR          
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengangguran
B.     Peyebab pengangguran
C.     Faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran
D.    Pengangguran di negara berkembang
E.     Tingkat pengangguran alami
F.      Kerugian dari penganggguran
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Semakin berkembangnya suatu negara
B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengertian dari pengagguran?
2.      Bagaiman penyebab pengangguran?
3.      Faktor apa saja yang mempengaruhi pengangguran?
4.      Bagaimana pengangguran di negara berkembang?
5.      Bagaimana tingkat pengangguran alami?
6.      Bagaimana kerugian dari pengangguran?
7.      Bagaimana pengangguran menjadi masalah?
8.      Bagaimana usaha mengatasi penganggguran?
9.       
C.   TUJUAN
1.      Mengetahui pengetian pengangguran
2.      Mengetahui penyebab pengangguran
3.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengangguran
4.      Mengetahui pengangguran di negara berkembang
5.      Mengetahui tingkat pengangguran alami
6.      Mengetahui kerugian pengangguran


BAB II
PEMBAHASAN


A.                PENGERTIAN PENGANGGURAN

Pengangguran (unemployed) adalah situasi dimana orang – orang yang ingin bekerja tidak dapat memperoleh pekerjaan.
Orang yang menganggur didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja yang tidak bekerja dan yang (1) secara aktif mencari pekerjaan selama empat minggu sebelumnya, atau (2) sedang menunggu dipanggil kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan, atau (3) sedang menunggu untuk melapor atas pekerjaan yang baru dalam waktu empat minggu. Syarat sedang mencari pekerjaan dalam waktu empat minggu sebelumnya untuk mencoba menyakinkan bahwa orang tersebut secara aktif tertarik pada suatu pekerjaan, dan tidak semata – mata mencerminkan keinginan jika suatu pekerjaan muncul. (Rudiger Dornbusch dan Stanley Fisher. 1990:497)
Jonth Steinbeck dalam The Grapes of Wrath menggambarkan bahwa pengangguran membawa dampak serius bagi keluarga dan individu. Kehilangan paling nyata adalah penerimaan yang rutin, tetapi bagi mereka yang menganggur juga kehilangan rasa percaya diri. Lebih dari itu, pengangguran juga dikaitkan dengan tingakat kejahatan dan berbagai macam penyakit, seperti penyakit janting, bunuh diri dan cacat mental.
Selain tambahan biaya peronal diatas pengangguran juga merupakan biaya bagi perekonomian secara keseluruhan, karena barang dan jasa yang diproduksi menjadi berkurang. Bila perekonomian tidak menghasilkan lapangan pekerjaan, maka jasa dari pengangguran akan hilang untuk selamanya. Output yang hilang ini akan digabungkan dengan kerugian ekonomis dan psikologis bagi individu dan keluarganya menunjukan biaya sebenarnya dari pengangguran.
 Pengangguran adalah konsep yang sulit untuk diukur dinegara – negara berkembang, seperti di Indonesia. Berbeda di masyarakat maju maupun masyarakat industri yang penganggurannya lebih mudah diukur. Di negara – negara maju, seseorang lazimnya bekerja di perusahaan – perusahaan. Dia dipekerjakan sepenuh waktu selama ia masih memegang pekerjaannya. Jika hubungan kerja diputus karena perusahaan harus memperhentikan pekerja, maka ia menjadi seseorang yang menganggur. Ia lalu mengambil uang asuransi penganggurannya, tetapi sebelum ia memperoleh maka ia tercatat pada sistem jaminan sosial sebagai seorang peganggur. Karena, pada segi ststistik, konsep tersebut adalah proses sederhana.
                        Di negara berkembang, seperti di Indonesia, jumlah orang yang bekerja di pabrik boleh dikatakan meningkat. Akan tetapi banyak orang yang bekerja bebas, dimana tenaganya dicurahkan untuk keluarganya sendiri.
            Banyak juga orang yang beralih dari pekerjaan yang berpendapatan rendah ke pekerjaan yang berpendapatan yang lebih tinggi dari sebelumnya, tapi banyak juga yang lain masih tetap mencari pekerjaan. Dalam kasus seperti itu, perolehan pendapatan yang berupa upah langsung bukan merupakan tujuan. Orang atau keluarga yang bekerja sebagai satuan kerja yang menghasilkan output, sebagai contoh produk – prodduk pertanian. Menjual output tersebut ke pasar, dan memperoleh hasil diatas biaya untuk menghasilkan output itu. Pendapatan itu adalah pendapatan yang dianggap sebagai upah orang yang bersangkutan.
                        Di daerah perkotaan, pekerjaan bebas (self-employment) berarti pekerja dalam kegiatan seperti penjualan (eceran). Banyak contoh pekerjaan dengan pendapatan yang lebih rendah, dimana orang – orang yang melakukannya memperoleh pendapatan yang marginal. Termasuk diantaranya adalah para pedagang asongan rokok batangan, permen karet, kipas, makanan dan barang – barang yang sejenisnya di perempatan kota –kota besar. Pemandangan yang khas di pasar – pasar menampilkan bermacam – macam pedagang keliling disamping pedagang yang mempunyai kios – kios yang tetap. Dan di perkampungan yang miskin, lazimnya dijumpai beberapa warung atau toko kecil yang menjual beberapa barang eceran.
Dalam membicarakan mengenai pengangguran yang selalu diperhatikan bukanlah mengenai jumlah pengangguran, tetapi mengenai tingkat pengangguran yang dinyatakan sebagai presentasi angkatan kerja.
                        Menentukan jumlah pengangguran merupakan masalah yang paling rumit dalam usaha untuk tingkat pengangguran. Seterusnya untuk dapat menentukan tingkat (presentase) pengangguran yang terdapat didalam perekonomian, perlu pula ditetukan jumlah angkatan kerja pada bulan tersebut. Golongan penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun sampai 64 tahun, kecuali
a.       Ibu rumah tangga
b.      Pelajar / mahasiswa
c.       Orang yang belum mencapai umur 64 tahun. Tapi sudah pensiun dan tida bekerja lagi
d.      Penganggur sukarela adalah orang yang berumur 15 – 16 tahun yang tidak secara aktif mencari pekerjaan.

B.     PENYEBAB PENGANGGURAN
Berdasarkan keadaan yang menyababkan pengangguran biasanya dibedakan kepada tiga jenis : pengangguran friksional, pengangguran struktural dan pengangguran konjugtur.
1.      Pengangguran friksioanal ( frictional unemployment ) atau pengangguran mencari.
Adalah suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja yang meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.
Terdapat tiga golongan yang dinyatakan sebagai pengangguran friksional:
a.       Tenaga kerja yang baru pertama sekali mencari kerja.
Contohnya: seorang pelajar atau sarjana yang baru menyelesaikan pendidikanya akan secara aktif mencari kerja.
b.      Pekerja yang meninggalkan kerja dan mencari pekerjaan yang baru. Ketika perekonomian mencapai tingkat kegiatan yang tinggi terdapat perusahaan yang mengalami masalah untuk mendapatkan pekerja. Maka, akan mendorong orang – orang untuk meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang gajinya lebih tinggi dai pekerjaan sebelumnya.
c.       Pekerja yang memasuki lagi pasaran buruh. Terdapat golongan yang sebelumnya meninggalkan angkatan kerja, namun kembali lagi untuk bekerja. Contohnya: seorang wanita yang hamil anak pertama akan memutuskan untuk berhenti bekerja dan kembali bekerja lagi setelah anaknya cukup umur untuk ditinggal bekerja.
Meskipun pengangguran sering kali menciptakan masalah psikolog dan ekonomi, tidak semua pengangguran itu buruk. Pengangguran friksional biasanya tidak lama dan akhirnya mempertemukan pekerja dengan pekerjaan yang sesuai, sehingga seluruh perekonomian menjadi lebih efisien. Sebagian besar penganguran friksional ini berjangka pendek.



2.      Pengangguran struktural ( struktural unemployment)
Pengangguran yang terjadi apabila perekonomian berada pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh.
Ada tiga yang menjadi penyebab pengangguran struktural
a.       Perkembangan teknologi. Permintaan besar terhadap mesin ketik maka berkembangnya industri mesin ketik, dengan kemajuan teknologi maka munculnya komputer dan membuat indutri ketik mengalami kemunduran. Sebagian pekerja pada industri mesin ketik ini akan menganggur. Pengangguran ini disebut dengan pengangguran teknologi, pengangguran yang disebabkan oleh perkembangan teknologi
b.      Kemunduran yang diakibatkan persaingan dari luar negeri atau luar daerah. Pengangguran jenis ini banyak terjadi di negara – negara maju. Ekspor pakaan, sepatu dan barang – barang konsumen yang murah dari negara berkembang ke negara maju akan mengakibatkan pengangguran struktural dinegara maju tersebut. Keadaan ini mendorong negara maju untuk membatasi impor barang – barang dari negara berkembang.
c.       Kemunduran perkembangan ekonomi suatu kawasan sebagai akibat dari pertumbuhan yang pesat dikawasan lain. Contoh, sebelum dibangun jalan tol diantara Singapura ke perbatasan Thailand, maka bus – bus harus melewati jalan – jalan di Semenanjung Malaysia, sehingga restoran, penjual makanan dan kerajinan berkembang, setelah dibangun jalan tol tersebut kegiatan ekonomi di jalan – jalan Semenanjung Malaysia yang tadinya dilewati kendaraang mengalami kemerosotan ekonomi dan mengakibatkan pengangguran struktural
Pengangguran struktural mengandung masalah yang lebih berat karena pencari kerja harus mencari pekerjaan di tempat lain atau mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan oleh pasar.

3.      Pengangguran konjuktur
Adalah pengangguran yang melebihi pengangguran alamiah atau pengangguran yang berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat

C.   FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN

1.      Faktor demografi
Contohnya: bertambahnya penduduk secara cepat, sehingga banyak anak – anak muda yang pertama kalinya mencari pekerjaan dalam setiap tahun. Sehingga meningkatkan pengangguran friksional
2.      Bantuan uang kepada penganggur.
Terdapat bantuan keuangan kepada para penganggur. Bantuan yang diberikan cukup untuk membiayai hidupnya dalam setiap bulan dan mereka memperolehnya dalam jangka waktu yang lebih lama. Sehingga akan mengurangi kesungguhan mereka dalam mencari pekerjaan yang baru dan meningkatkan pengangguran struktural.
3.      Pengangguran struktural semakin meningkat.
Kemajuan teknologi, perebuhan struktural ekonomi dari kegiatan yang tertumpu ke sektor industri kepada sektor jasa – jasa dan perkembangan globalisasi serta persaingan luar negeri  sangat menetukan berlakunya pengangguran struktural

D.   PENGANGGURAN DI NEGARA BERKEMBANG
Masalah pengangguran dinegara berkembang jauh lebih rumit dan lebih serius dibanding negara maju. Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor:
a.       Ketidakseimbangan diantara sumber – sumber ekonomi yang dimiliki kebanyakan negara – negara berkembang.
b.      Lalu diperburuk dengan kegiatan ekonomi yang masih bertumbu pada kegiatan tradisional baik pada bidang pertanian maupun industri serta jasa.
c.       Perkembangan demografis. Menaiknya tingkat kelahiran yang tidak seimbang dengan kematian, membuat pertambahan penduduk secara cepat.
Kekurangan pekerjaan disektor modern menimbukan tiga jenis pengangguran yang banyak terjadi di negara – negara berkembang dan tidak terdapat di negara –negara maju, diantaranya :
a.       Pengangguran tersembunyi adalah keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh tenaga kerja jumlahnya melebihi dari yang diperlukan. Contoh : suatu kegiatan ekonomi lebih efisien jika dijalankan oleh 5 orang pekerja, tetapi yang bekerja yang sebenarnya 8 orang. Maka 3 orang tersebut dikatakan sebagai penganggur tersembunyi.
b.      Pengangguran musiman adalah keadaan pengangguran pada masa – masa tertentu dalam satu tahun. Contoh : buruh tani hanya bekeja pada musim panen saja, sehingga pada musim lainnya dikatakan sebagai penganggur musiman
c.       Setengah pengangguran (under unemployed) adalah dimana situasi seseorang yang bekerja tidak dapat mencurahkan tenaganya untuk bekerja sepenuh waktu kerja. Baik itu karena kehendaknya sendiri maupun karena tidak memperoleh pekerjaan dengan waktu yang penuh.

E.    TINGKAT PENGANGGURAN ALAMIAH
Dalam ilmu ekonomi dikenal istilah Pengangguran alamiah.  Pengangguran alamiah terjadi apabila seluruh kapasitas produksi ( alat alat produksi = sumber sumber produksi )  yang tersedia tidak mampu menyerap seluruh tenaga kerja, walaupun seluruh faktor produksi itu telah digunakan secara penuh ( full employment ).Jumlah tenaga kerja yang tidak bisa terserap ini menjadi penganggur, dan disebut sebagai penganggur alamiah.
Tingkat penganggura alamiah juaga disebut tingkat pengangguran pada kondisi penggunaan tenaga penuh, atau tingkat pengangguran ekuilibrium jangka panjang, atau tingkat pengangguran struktural.
Faktor – faktor yang menyababkan perubahan tingkat pengangguran. Kenaikan jumlah orang yang masuk ke angkatan kerja atau kenaikan orang yang meninggalkan pekerjaan atau PHK atau pemberentian secara tidak suka rela akan menambah tingkat pengangguran. Sedangkan, kenaikan jumlah penyewaan tenaga kerja, atau pemanggilan kembali atau pengunduran diri dari angkatan kerja akan menyebabkan turunnya tingkat pengangguran. Masing – masing faktor ini ditentukan oleh variabel ekonomi, seperti besarnya permintaan agregat dan tingkat upah riel aktual yang diharapkan. Jika permintaan agregat naik , perusahaan menambah jumlah pekerjaan mereka. Apabila perminntaan agregat turun, maka perusahaan memberhentikan beberapa pekerjaan mereka.
Tingkat pengangguran alamiah adalah tingkat penganggguran dimana arus masuk dan keluar dari pengangguran benar – benar seimbang, dan dimana ekspetasi perusahaan dan para pekerja atas perilaku tingkat harga dan upah benar – benar tepat.(Rudiger Dornbusch dan Stanley Fisher. 1990:506)
·      Frekuesi pengangguran
Frekuesi pengangguran adalah jumlah rata – rata, per periode, diamana seorang pekerja menjadi pengangguran. Ada dua faktor penentu pokok frekuensi pengangguran.
a.       Peruabahan penerimaan akan faktor tenaga kerja antar perusahaan yang berbeda dalam perekonomian.  Apabila permintaan agregat konstan, sebagian perusahanan akan mengalami pertumbuhan dan sebagian lagi akan bangkrut. Perusahaan yang bangkrut akan kehilangan tenaga kerjanya dan perusahaan yang semakin maju akan menyerap tenaga kerja lagi. Lebih lanjut lagi, permintaan agregat yang berubah akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja..
b.      Tingkat dimana para pekerja baru memasuki angkatan kerja. Semakin cepat pekerja baru memasuki angkatan kerja, maka semakin cepat pula pertumbuhan angkatan kerja dan dengan demikian akan menaikan jumlah pengangguran alamiah.
·      Estimasi atas tingkat pengangguran
Hasil estimasi atas tingkat pengangguran alamiah biasanya cenderung menyesuaikan diri terhadapa perubahan komposisi angkatan kerja, dan mungki perubahan tingkat pengangguran alamiah antar beberapa kelompok dalam angkata kerja. Kita dapat menulis persamaan yang serupa dengan persamaan untuk tingkat pengangguran alamiah ū :

ū = w1  ū1 + w2  ū2 +..............+ wn  ūn

Tingkat pengangguran alamiah merupakan rata – rata tertimpang dari tingkat pengangguran alamiah antar sub kekompok dalam angkatan kerja
Hasil estimasi atas tingkat pengangguran alamiah umumnya dimulai dari periode dimana pasar tenaga kerja dianggap berada dalam kondisi ekuilibrium dan apabila tingkat pengangguran agregrat dan tingkat pengangguran kelompok dalam persamaan tingkat pengangguran alamiah.
·      Kenaikan tingkat pengangguran alamiah
Munculnya depresi besar telah memberitahu infomasi kepada kita bahwa dalam jangka panjang, tingkat pengangguran yang aktual dapat berada dibawah tingkat pengangguran tenaga kerja penuh. Meskipun demikian, ada masalah rumit yang muncul sehubungan dengan hasil estimasi angka pengangguran alamiah yang terus meningkat.
Masalahnya adalah bahwa, hasil estimasi nagka pengangguran alamiah yang didasarkan atas perubahan struktural demografis angkatan kerja biasanya hanya akan menghasilkan kenaikan pengangguran. Alasannya, tingkat pengangguran yang tinggi, dalam waktu jangka yang panjang akan meningkatkan pengangguran alamih, sehingga sulit bagi perekonomian sulit meraih kembali tingkat pengangguran yang rendah seperti sebelumnya.
Kesulitan yang muncul sehubungan dengan kenaikan tingkat pengangguran almiah ini adalah bahwa, kemungkinan kita dapat merasa yakin bahwa tingkat pengangguran friksional yang normal, orang yang sering beralih pekerjaan, para pendatang baru, dan orang yang masuk kembali keangkatan kerja untuk mencari pekerjaan baru dapat mencapai angka 7 persen terhadap total angkatan kerja. Setekah dilakukan penelitian muncul perkembangan teori baru, teori upah efisiensi yang berpendapat bahwa banyak perusahaan yang bersedia menbayar tinggi diatas upah ekuilibrium  pasar guna memperoleh loyalitas atas pekerjaannya ataupun memberi insentif kepada para pekerja untuk bekerja lebih keras agar tidak dipecat, dengan tinggi riel tersebut, akan ada kecenderungan bagi kelebihan pengangguran.

·      Mengurangi tingkat pengangguran alamiah
Pembahasan mengenai metode untuk mengurangi tingkat pengangguran alamiah cenderung kepada tingkat penganggur usia muda dan proposi tingkat pengangguran total yang sangat tinggi yang disebabkan jangka panjang.
Para pekerja anak muda lebih sering menganggur dari pada yang lain, ini disebabkan oleh pekerjaan yang mereka lakukan pada saat mulai bekerja biasany tidak menarik.
Langkah untuk menguangi tingkat pengangguran alamiah.
a.       Program yang ditargetkan
Program ini menyongkong perekrutan tenaga kerja usia muda. Tidak hanya menyediakan kesempatan kerja juga akan bergerak dengan memberikan jalan bagi para pemuda untuk memperoleh pekerjaan dan oleh itu memberikan kesempatan yang lebih baik dalam pasar tenaga kerja.
Kebijakan lain mengampunan pajak, yang berlaku sebagai insentif bago perusahaan untuk mengerjakan anak muda. Berdasarkan program ini para perusahaan dapat merekrut tenaga kerja yang mempunyai syarat dan membayar upah mereka dengan upah minimum. Masing – masing program ditargetkan untuk mengatasi masalah pengangguran kaum muda.
b.      Pasar tenaga kerja sekunder
kebijakan mengurangi tingkat upah minimum akan mampu memperbaiki sifat pekerjaan dalam apa yang disebut pasar tenaga kerja sekunder. Kebijakan ini mencangkup pemberian latihan kerja yang banyak kepada sekelompok pekerja dari kelompok terseput mungkin didasarkan atas pola pelatihan kerja pemerintah.

·      Tunjangan pengangguran
Tunjangan pengangguran akan menambah tingkat pengangguran yang terukur melaui tiga cara:
a.       Adanya tunjangan pengangguran akan menjadikan seseorang lebih lama menganggur. Tunjangan yang tinggi menjadikan seseorang tidak tergesa – gesa mencari pekerjaan yang baru.
b.      Tunjangan pengangguran menaikan tingkat pengangguran yang terukur adalah  melalui efek pelaporan. Untuk mendapatkan tunjangan pengangguran seseorang harus berada pada “angkatan kerja” mencari pekerjaan walaupun mereka tidak benar – benar ingin bekerja. Oleh karena itu mereka bisa dianggap sebagai orang yang menganggur.
c.       Stabilitas kesempatan kerja. Dengan adanya asuransi pengangguran, maka keluar masuknya seseorang dari pekerjaannya tidak membawa dampak serius, dan karenanya persuhaan dan tenaga kerja tidak berkempeningan untuk menciptakan kesempatann kerja yag stabil. Lebih kanjur, seseorang yang di PHK tidak mengalami kerugian yang besar dan merangsang para perusahaan untuk mem PHK karyawannya secara temporer dari pada mempertahankan mereka
Telah jadi kebiasaan untuk berbendapat bahwa pengangguran tidak menimbulkan masalah sosial yang serius, karena orang yang menganggur telah memilih menjadi pengangguran dan hidup dari tunjangan pengangguran. Argumen ini salah dalam mengasumsikan bahwa semua orang yang menganggur akan disokong hidupnya melalui tunjangan pengangguran. Sebenarnya, pengangguran yang dijamin adalah kurang dari dua per tiga pengangguran total.
F.    KERUGIAN AKIBAT PENGANGGURAN
Masyarakat secara keseluruhan akan merasakan dampak dari kerugian akibat pengangguran karena output total dibawah tingkat potensialnya. Orang yang menganggur menderita karena kehilangan pendapatan mereka pada saat menganggur maupun tingkat harga diri yang rendah akibat periode pangangguran yang panjang.
·      Kerugian akibat pengangguran siklis
Pengangguran siklis adalah penganggran yang terjadi karena naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari pada penawaran tenaga kerja. Masalahnya disini adalah untuk mengidentifikasi kerugian bagi masyarakat akibat output yang hilang karena perekonomian tidak beroperasi pada tingkat peerjaan tenaga yang penuh. Ukuran atas kerugian itu adalah hukum Okun.
Menurut hukum Okun tersebut penurunan tingkat pengangguran sebesar 1 % akan mengakibatkan kenaikan GNP sebesar 2,5 %.
Sekarang perhatikan bagaiman hubungan tersebut bisa digunakan untuk mengestimasi jumlah kerugian output akibat tingginya pengangguran atau keuntungan output yang dicapai melaui upaya ekspansi output. Tabel dibawah memperlihatkan pengangguran aktual dan kerugian output ( menurut hatga konstan tahun 1982) dari tahun 1983 – 1985 akibat adanya kelebihan  pengangguran sebesar 6 %. Jadi pada tahun 1985 misalnya, besarnya kerugian output adalah $ 107,1 miliyar = (2,5 × 1,2 × $3.570 miliyar) yang diperoleh dari kenaikan dari tingkat pengangguran sebesar 1,2 % dan penurunan GNP riel sebesar $3.570 miliyar.
Dengan kerugian yang sangat besar, yang dicerminkan oleh hasil estimasi kerugian output akibat adanya pengangguran ini, tabel dibawah mengundang pertanyaan mengapa para pembuat kebijakan harus dapat menerima tingkat pengangguran yang demikian tinggi.



KERUGIAN OUTPUT AKIBAT PENGANGGURAN MENURUT HARGA KONSTAN TAHUN 1982


1983
1984
1895

Tingkat pengangguran, %
9,6
7,5
7,2


Kerugian output, miliyar
295
132,7
107,1









·      Kerugian dan manfaat lainya
Di sini kita lebih memusatkan perhatian pada kerugian yang muncul akibat dari pengangguran yang muncul dengan sendirinya. Manfaat yang mungkin muncul guna mengimbangi pengangguran tadi, karena penganggur tidak bekerja dan mempunyai banyak waktu luang. Akan tetapi, nilai yang dapat dibebankan pada waktu luang itu kecil. Dan banyak waktu luang diantaranya merupakan waktu luang yang tidak diinginkan,
Terdapat masalah yang hampir sama, jika orang bebas menetapkan jam kerjanya, maka ia akan bekerja hingga titik dimana nilai marginal dari waktu luang adalah sama dengan hasil marginal dari bekerja selama satu jam tambahan. Maka kesimpulannya, jika hari kerjanya agak berkurang, kerugian total yang dideritanya akan semakin kecil. Alasanya, dia mendapatkan waktu luang tambahan dari pengangguran jam kerjanya, dengan konsenkuensi turunya pendapatan yang diperoleh. Tetapi, dia sebelumnya berada pada titik dimana nilai marginal di waktu luang sama dengan tingkat upah setelah pajak, sehingga manfaat yang diperoleh dari waktu luang tadi hampir benar –benar mengimbangi kerugian pendapatan pribadi. Akan tetapi, upah marginal netto lebih kecil dari nilai produk marginal orang yang bekerja pada perekonoian. Alasan utamanya adalah masyarakat membebankan pajak pada pendapatan orang yang bekerja, sehingga masyarakat secara keseluruhan, akan menerima bagian  dari produk marginal orang yang bekerja tersebut. Apabila orang yang bekerja pada contoh kita berhenti bekerja, hanya kehilangan tingkat upah netto yang akan diterimanya. Tetapi, masyarakat juga akan kehilangan jumlah beban pajak yang akan dibayarnya. Orang yang menganggur akan menilai waktu luangnya sebesar tingkat upah netto dan nilai itu akan lebih kecil dari nilai tingkat marginalnya bagi masyarakat secara keseluruhannya. Oleh karena itu, nilai waktu luang yang meningkathanya akan mengimbangi sebagian dari hasil dari estimasi hukum okun atas kerugian akibat pengangguran siklis.
Kerugian itu pada dasarnya bisa didistribusikan antar masing – masing individu individu dalam perekonomian, menurut beberapa cara yang berbeda. Misalnya, seseorang dapat membayangkan bahwa orang yang menganggur akan terus menerima pembayaran tunjangan. Dalam hal ini, orang yang menganggur tidak akan menderita karena kehilangan pendapatannya, tetapi masyarakat tetap akan kehilangan karena penurunan output total yang tersedia.

G.    MENGAPA PENGANGGURAN MENJADI MASALAH
Pengangguran merupakan masalah ekonomi dan sosial yang harus diatasi. Dilihat dari segi ekonomi adanya pengangguran menyebabkan kemakmuran masyarakat menjadi berkurang. Karena kalau terjadi pengangguran maka tingkat pendapatan nasional yang sebenarnya lebih rendah dari tingkat pendapatan potensial, makin besarnya tingkat pengangguran maka makin besarnya perbedaan antara tingkat pendapatan nasional yang sebenarnya dengan pendapatan nasional potensil. Ini berarti tingkat kemakmuran yang dinikamti rakyat semakin rendah, dibanding dengan tingkat kemakmuran yang seharusnya dinikmati oleh masyarakat.
Penganggguran juuga akan menimbulkan masalah – masalah sosial yang serius. Orang – orang yang menganggur akan kehilangan kepercayaan diri sendiri dan akan ada kecenderungan untuk melakukan tindakan kriminal. Timbulnya penyakit jiwa dan syaraf, perselisihan dalam keluarga, perceraian dan sebagainya. Ini berarti pengangguran dapat menimbulkan masalah sosial yang gawat seperti timbulnya  kerusuhan sosial dan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Karena itu perlu diambil langkah – langkah untuk menanggulangi setiap pengangguran yang timbul.
H.    USAHA MENGATASI PENGANGGURAN
Dari segi ekonomi ada dua kebijikan yang dapat diambil, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
a.       Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal dapat ditempuh melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan (pajak) pemerintah. Pengeluaran pemerintah akan secara langsung mengurangi permintaan agregat, karena merupakan komponen dari pengeluaran agregat, sedang pembayaran transfer dan pajak mempengaruhhi pengeluaran agregat secara tidak langsung
Melalui perubahan pada dispponsable income ( pendapatan siap pakai). Bia terdapat pengangguran, pemerintah dapat menempuh kebijakan fiskal ekspansioner transfer atau mengurangi pajak.
Defisit pada anggaran belanja mempunyai pengaruh yang besar terhadao pertambahan income, output dan employmment. Bukan hanya pengeluaran angregat bertambah karena kenaikan pengeluaran pemerintah tetapi juga terhadap pengaruhnya terhadap kenaikan pengeluaran komsumsi melalui efek multiplier. Dengan demikian kebijakan anggaran belanja defisit cenderung akan menurunkan tingkat pengangguran yang timbul dalam perekonomian. ‘kebijakan fiskal sebagai alat untuk menanggulangi pengangguran mempuyai kelemahan utamayakni diperlukan waktu yang cukup panjang sebelum tindakan tersebut dilaksanakan, sehingga pada waktu sebelum kebijakan tersebuut ditetapkan, mungkin pengangguran sudah berlangsung setahun atau lebih. Hal ini disebabkan karena perubahan APBN diperlukan persetujuan dari DPR.
b.      Kebijakan moneter
Kebijakan moneter dilakukan oleh pemerintah khusunya dilakukan oleh bank sentral dengan mengatur jumlah uang dan kredit dalma perekonomian. Alat utamanya adalah operasi pasar terbuka, merubah tingkat diskonto dan suku bunga yang harus dibayar oleh bank – bank umum, dan merubah tingkat cadangan minimal yang harus disimpan oleh bank – bannk umum .
Untuk mengurangi tingkat pengangguran , kebijakan moneter yang dapat ditempuh adalah kebijakan moneter yang bersifat ekspansioner dengan jalan bank sentral membeli surah – surat berharga di pasar terbuka =, menurunkan tingkat diskonto. Tindakan ini akan mengakibatkan turunya tingkat suku bunga dan selanjutnya mendorong tingkat investasi yang akan mengakibtakan output dan full emploement meningkat, yang berarti mengurangi pengangguran.
Kebijakan moneter lebih flesikbel dibanding dengan kebijakan fiskal, karena bank sentral mempunyai kekuasaan untuk bertindak tanoa harus menunggu persetujuan dari legislatif.
Kombinasi kebijakan fiskal dan moneter digunakan untuk mengatasi pengangguran siklikal. Pengangguran struktural yang disebabkan oleh kemunduran yang dialami oleh industri dan sektor ekonomi tertentu atau karena keterbatasan ketrampilan pekerja sulit diatasi oleh kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter. Untuk mengatasi pengangguran struktural diperlukan usaha - usaha  jagka panjang melalui program – program latihan ketrampilan dan pendidikan kejuruan serta program pembangunan ekonomi dan sosial.



BAB III
PENUTUP

A.               KESIMPULAN
Konsep pengangguran alamiah atau struktural memisahkan bagian penangguran yang terjadi, bahkan pada tingkat penganangguran penuh. Pengangguran ini akan pula mempengaruhi frekuensi perubahan pekerjaan yang tinggi., terutama untuk anak usia bleasan tahun. Frekuensi yang tinggi dari usia belasan tahun dijelaskan pula oleh mutu yang kurang baik dari pekerjaan yang tersedia untuk orang yang kurang trampil.
Kebijakan yang digunakan untuk mengurangi pengangguran alamiah menyangkut kebijakan tingkat angregat dan pasar tenaga kerja. Perekonomian memerlukan permintaan agregat yang lebi
B.               DAFTAR PUSTAKA

1.        Sukirno, Sudono. 2007. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2.        Sicat, Gerando P dan H. W. 1991. Ilmu Ekonomi Untuk Konstek Indonesia. Jakarta: LP3ES
3.        Donnbusch, Rudiger dan Fische, Stanley.1990. Makroekonomi, Edisi Empat. Jakarta: Erlangga
4.        McEachern, William A. 2000. Ekonomi Makro Pendekatan Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat